Tips-Tips

Kendalikan amarahmu untuk hidup yang lebih baik

SEQUOIA

Komputer Tercanggih di dunia saat ini

Alam dan Dunia

keanekaragaman dunia dan keindahan alam yang menakjubkan

Kamis, 29 September 2011

DARAH MENETES DARI SUDUT-SUDUT BENDERA BANGSAKU YANG TERKOYAK !

Darah air mata ; melaut ,
Menenggelamkan pedih ;
Membuat kota berubah jingga ,
Terukir tegas direlung terdalam , kehampaan nurani .
Hari ini , tak ada yang kulihat selain darah !
Darah menetes deras ,berlari dari sudut-sudut bendera bangsaku yang terkoyak !
Darah menghitam, berapagut larut ,dengan keringat ,yang pecah dari seluruh pori anak negeri !
Siapa kini ,yang bisa membaca, tentang makna ,dari setiap tetes darah !
Yang tercecer sia-sia , tenggelam , jadi sebuah sejarah bisu .
Tidak aku , tidak kamu , tidak kita !
Kita hanya bisa menyenyuminya di balik topeng ,sambil asyik membuang dahak !
Darah yang menetes deras dari sudut-sudut bendera bangsaku yang terkoyak ,
Adalah urat nadi kemanusiaan , yang terputus ,ditebas pedang kemunafikan !
(Sehelai bendera yang terkoyak , dihampir sekujur tubuhnya ,
Datang malam itu , mengetuk perlahan pintu hati, Yang selalu lupa untuk ku kunci .
“Namaku Merah Putih !, aku datang dari negeri yang tenggelam dalam seribu masalah “ keluhnya !
Itu kata pertama dan terakhir yang ku dengar darinya , Lalu ia rubuh , badannya kaku tergeletak di samping lap pel rumahku )

Rabu, 14 September 2011

SUARA YANG DATANG DARI LERENG-LERENG GUNUNG !

SUARA  YANG DATANG DARI LERENG-LERENG GUNUNG
Di puncak  puncak Gunung !
Gerimis luruh , di lembut pangkuan bunga Edelweis,
Di sana biasa kita menanti ; matahari dinyalakan  di setiap fajar tiba ( Seperti Katamu )
Lalu kita jadi  lupa arah pulang , karena peta hidup kian mengusam ,
Menjelaga dari gigil yang tak lagi mampu mengenali getarnya.

Diantara angin , yang berebut  berlari menuruni bukit ,
Aku dengar suara mu  hadir ,
Jauh di sana! , di ujung batas pengharapan hati ,
Sore ini , hujan pun turun ,bersama kabut ,
Mungkinkah  suarama mu , akan jua sampai di sini ?

Menyusuri Lereng-lereng bukit,
Pamplet kenangan ,terhidang di kelopak mata ,
Aku ternganga !; dan kau pun ,tak mampu berkata-kata ,
Lalu rindu kita pun bergumul , memberi, jejak pada rumput
Melukis mimpi dengan bahasanya sendiri .

Luka yang mengajakku ke sini , berlayar memainkan kata !
Lalu dia pula yang mengurungku di sini !, membujuk mata , mengecupi rona senja !
Diantara lebatnya hutan-hutan cemara , kucoba arungi samudra makna ,
Sambil terbahak menertawakan setiap luka !

RY , engkaukah itu , yang membiarkan tik-tak suara jam berhenti berdetak !
Memaksa angin melenggang , mengetuk-ngetuk pintu ingatan !
Aihhh !! , mengapa pula , seribu burung turut menjerit ,
Membuat ku terjaga dari mimpi yang sempurna !
R.Y , Bila luka yang telah melahap seluruh asaku ,telah sempurna habisnya !
Temuilah puasmu , di garis awal langkah perjalananku , dan berjanjilah untuk tak lagi
Mengusik sunyiku .

Pada setiap wajah ,yang sudah tak ku ingat lagi ,lekuk-lekuk garisnya ,
Pada setiap nama ,yang tak mampu lagi ku eja  garis katanya ,
Pada setiap hati ,yang tak kupahami lagi getar sangsinya .
Pada setiap jiwa ,yang pernah member tempat bagi asa ku untuk menyala !
Kini , disini ,  sebuah puisi tentangmu terkubur ,
Di timbuni ribuan kata , yang entah kapan , akan terungkap maknanya .
Kemarau yang basah ,membawa sisa –sisa gerimis , mengecupi  gumpalan rindu ,
Yang melepuh di bakar waktu .